Oleh: Syahrudin Akbar
Redaksi Mata Aktual News
Mata Aktual News [Edisi Cerpen] Udin, wartawan media online di Jakarta, tengah menjalankan tugas jurnalistiknya di sekolah swasta. Ia tengah meliput kasus penahanan ijazah siswa karena tunggakan SPP. Sebagai jurnalis yang berempati, Udin berupaya mencari solusi bagi para siswa yang terdampak. Namun, situasi berbalik ketika Wakil Kepala Sekolah meminta Udin untuk menalangi tunggakan SPP tersebut.
“Lho, saya kan wartawan, bukan donatur,” gumam Udin dalam hati, perasaan kecewanya membuncah. Ia merasa dilema. Di satu sisi, ia ingin membantu para siswa agar bisa mendapatkan ijazah mereka. Di sisi lain, ia merasa tidak seharusnya menanggung beban keuangan yang seharusnya menjadi tanggung jawab sekolah dan orang tua siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan raut wajah yang kecewa, Udin beralasan untuk pergi ke kamar mandi, mencuci muka, sekaligus menenangkan diri. Ia bertanya-tanya, apakah situasi ini hanyalah mimpi buruk atau kenyataan pahit yang harus ia hadapi. Dilema ini memaksanya untuk berpikir keras. Bagaimana seharusnya seorang jurnalis bertindak dalam situasi seperti ini? Apakah ia harus mengorbankan prinsipnya sebagai wartawan demi membantu para siswa? Atau haruskah ia tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, meskipun itu berarti mengabaikan nasib para siswa yang ijazahnya tertahan?
Kisah Udin ini menggambarkan tantangan yang sering dihadapi oleh para jurnalis, terutama ketika mereka berhadapan dengan situasi yang kompleks dan melibatkan aspek kemanusiaan. Ia harus menyeimbangkan tugasnya sebagai pencari fakta dan pelapor berita dengan tanggung jawab moralnya sebagai manusia. Pertanyaan besar yang muncul adalah, seberapa jauh seorang jurnalis harus terlibat dalam menyelesaikan masalah yang ia liput? Dan, bagaimana cara ia menjaga integritasnya sebagai jurnalis di tengah tekanan dan tuntutan moral?
Cerpen Mingguan – Rubrik Refleksi & Kehidupan
Bersambung ke bagian Selanjutnya….