Perjuangan Udin untuk Bersekolah di Tengah Himpitan Hidup

- Jurnalis

Kamis, 19 Juni 2025 - 06:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Redaksi Mata Aktual News
Edisi: Cerpen
Oleh: Syahrudin Akbar

Jakarta | Mata Aktual News – Mentari pagi menyelinap malu-malu di balik deretan gedung tinggi Ibu Kota. Di sudut Rawamangun, seorang bocah berseragam SD yang mulai pudar warnanya melangkah pelan menuju sekolah. Namanya Udin, anak buruh harian yang tak pernah berhenti bermimpi.

Udin hidup dalam keterbatasan. Ayahnya hanya kuli bangunan lepas, ibunya bekerja sebagai buruh cuci. Lima bersaudara, satu atap rumah petak sempit, dan beban hidup yang terus menekan. Hingga suatu hari, Udin mendengar keputusan pahit: ia harus berhenti sekolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tangis tak terbendung. Tapi Udin menolak menyerah. “Saya harus tetap sekolah, apa pun caranya,” katanya lirih kepada ibunya.

Udin pun memberanikan diri. Ia mendatangi agen koran di dekat terminal Rawamangun dan menawarkan diri berjualan. Tanggal 17 Desember 1997 menjadi titik balik—hari pertama ia turun ke jalan menjajakan Suara Pembaruan, Harian Terbit, dan Pos Kota di lampu merah Golf Rawamangun.

Hujan deras mengguyur Jakarta sore itu. Udin basah kuyup, tapi tak goyah. Ia berlari dari satu mobil ke mobil lain, membawa koran di tangan, semangat di dada. Tak ada payung. Tak ada sepatu. Hanya tekad untuk terus belajar.

Menjelang azan Maghrib, koran terakhir terjual. Tubuhnya lelah, bajunya dingin, tapi senyumnya merekah. Uang receh di tangannya cukup untuk membeli buku tulis dan membantu biaya sekolah.

Sesampainya di rumah, Udin menyerahkan uang itu kepada ibunya. Air mata haru mengalir di pipi sang ibu, memeluk anaknya erat.

“Saya bangga punya anak seperti kamu, Din,” ucap sang ibu sambil terisak.

Perjuangan Udin adalah cermin keteguhan di tengah kemiskinan. Ia percaya, mimpi bisa diraih—asal ada kemauan, kerja keras, dan keberanian untuk melangkah. Udin kecil telah membuktikannya: di balik langit kelabu Jakarta, ada cahaya dari hati yang tak pernah padam.

Follow WhatsApp Channel mataaktualnews.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

53 Kepala Sekolah Rakyat Ikuti Retret Intensif di Jakarta
Zefferi Komeng: Nyawa di Lubang Jalan
Iyan Bonge dan Motornya yang Galau di Parkiran Kuburan
Hujan Menggagalkan Investigasi: Kisah Iyan “Bonge” dan Deadline yang Tak Tersentuh
Dilema Seorang Jurnalis: Antara Tugas dan Tanggung Jawab Moral
Semarak Market Day SDN 03 Gunungsari Citereup: Tanamkan Jiwa Wirausaha dan Cinta Budaya Sejak Dini
Ijazah Ditahan Karena Tunggakan, Nasib Alumni SMK Pelayaran Bima Sakti Terkatung
Kontroversi Fee 10% Bulan Dana PMI 2024 di Sudin Pendidikan Jakarta Selatan: Klarifikasi Berbeda, Publik Menuntut Transparansi
Berita ini 18 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 19 Juni 2025 - 06:32 WIB

Perjuangan Udin untuk Bersekolah di Tengah Himpitan Hidup

Rabu, 18 Juni 2025 - 04:24 WIB

53 Kepala Sekolah Rakyat Ikuti Retret Intensif di Jakarta

Selasa, 17 Juni 2025 - 21:37 WIB

Zefferi Komeng: Nyawa di Lubang Jalan

Selasa, 17 Juni 2025 - 21:18 WIB

Iyan Bonge dan Motornya yang Galau di Parkiran Kuburan

Selasa, 17 Juni 2025 - 20:27 WIB

Hujan Menggagalkan Investigasi: Kisah Iyan “Bonge” dan Deadline yang Tak Tersentuh

Berita Terbaru

Pendidikan

Perjuangan Udin untuk Bersekolah di Tengah Himpitan Hidup

Kamis, 19 Jun 2025 - 06:32 WIB

Verified by MonsterInsights