Mata Aktual News, Bogor– Rencana Pemerintah Kabupaten Bogor mengganti nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi menuai gelombang kritik keras dari berbagai lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut dinilai tak punya urgensi, sarat pencitraan, dan menjauh dari persoalan utama: buruknya pelayanan kesehatan.
Tokoh adat Puncak, Dadang Raden, mengecam rencana tersebut sebagai langkah kosmetik yang tak menyentuh kebutuhan rakyat. “Rakyat butuh dokter, obat, dan pelayanan cepat—bukan sekadar plang nama baru. Ini cuma akal-akalan birokrasi,” tegasnya.
Nada serupa dilontarkan Sekjen Kumpulan Pemantau Korupsi Bersatu (KPKB), Zefferi. Ia menyebut rencana itu rawan menjadi ladang pemborosan anggaran. “Kalau tujuannya tidak jelas, patut diduga ini hanya proyek pencitraan. Anggaran perubahan nama lebih baik dipakai untuk beli alat medis atau tambah tenaga kesehatan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Abah Iwan, tokoh masyarakat Ciawi, pun angkat suara. Ia menilai wacana ini mencederai akal sehat publik. “Yang kami butuhkan bukan nama baru, tapi layanan yang manusiawi. Jangan bodohi masyarakat dengan simbol, sementara antrean pasien tetap mengular dan dokter susah ditemui,” katanya geram.
Kekhawatiran makin menguat karena hingga kini tidak ada kejelasan dari Pemkab Bogor soal latar belakang dan besaran anggaran yang disiapkan. Janji peningkatan layanan yang dibarengi perubahan nama pun dinilai hanya retorika kosong tanpa arah yang konkret.
Seorang pengamat kebijakan publik yang enggan disebut Abah Iwan menyatakan, “Kalau memang harus ganti nama, lakukan dengan alasan kuat, misalnya penghargaan atas tokoh medis ,Tokoh yang berjasa Kabupaten Bogor tapi menurut saya ga perlu sesuai “Intruksi Presiden Prabowo kita lagi Efisiesi Anggaran.” Tapi selesaikan dulu pelayanan amburadulnya. Jangan dibalik logikanya.”
Masyarakat mendesak agar Pemkab Bogor berhenti mengutak-atik hal administratif yang tak berdampak langsung ke rakyat. Alih-alih menghabiskan energi untuk urusan nama, publik meminta pemerintah fokus total pada reformasi pelayanan, transparansi anggaran, dan keberpihakan terhadap pasien miskin.
“Jangan jadikan rumah sakit panggung pencitraan. Ini tempat orang berjuang untuk hidup, bukan etalase proyek politik,” pungkas Dabang Raden.
Reporter: Andra
Editor: Merry WM