Bogor, Mata Aktual News– Malam 1 Suro 2025 yang jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025, kembali disambut dengan khidmat oleh sebagian masyarakat di wilayah Bogor, Jawa Barat. Meskipun dikenal sebagai kota hujan yang modern dan urban, sebagian warga Bogor masih menjaga tradisi leluhur dalam menyambut datangnya Tahun Baru Jawa dan Tahun Baru Islam (1 Muharram 1447 H).
Di sejumlah titik, seperti Kampung Budaya Sindangbarang, Ciawi, dan kawasan pedesaan di Kabupaten Bogor, masyarakat masih menjalankan tradisi spiritual khas malam 1 Suro. Kegiatan tersebut meliputi tirakat malam, pengajian, ziarah kubur, dan doa bersama untuk keselamatan diri, keluarga, dan kampung halaman.
“Ini bukan sekadar adat, tapi bentuk rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan agar kita semua diberi perlindungan lahir batin selama satu tahun ke depan,” ujar Ustaz Ahcmad Rosadi, tokoh masyarakat dari wilayah Cibinong Kabupaten Bogor, Kamis (19/6/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain tradisi keagamaan, beberapa kelompok budaya Sunda di Bogor juga masih mempertahankan ritual “Ngabungbang”—berendam atau menyucikan diri di mata air atau sungai menjelang tengah malam. Air dipercaya sebagai elemen pembersih secara spiritual, yang membantu membersihkan niat buruk dan membuka lembaran baru kehidupan.
Dalam tradisi Sunda-Bogor, malam 1 Suro dikenal pula sebagai momen “ngaruwat diri” atau pensucian batin. Beberapa sesepuh adat bahkan masih melakukan puasa mutih (makan nasi putih dan air putih) sejak pagi hingga malam sebagai bentuk laku prihatin dan introspeksi.
Pemerintah daerah sendiri tidak menggelar agenda resmi, namun tidak sedikit komunitas budaya dan pesantren yang rutin menyelenggarakan acara khusus dalam lingkup lokal.
“Tradisi ini bukan hanya warisan budaya, tapi ruang refleksi spiritual yang penting di tengah modernisasi. Di era serba cepat seperti sekarang, malam Suro mengajarkan kita untuk sejenak diam, merenung, dan kembali ke jati diri,” tambah Zefferi, aktivis budaya dan jurnalis dari Kumpulan Pemantau Korupsi Bersatu (KPKB).
Malam 1 Suro menjadi bukti bahwa masyarakat Bogor tetap menghargai nilai-nilai kearifan lokal, menjadikannya bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana memperkuat hubungan dengan leluhur dan Sang Pencipta.
Penulis: M Rojay
Editor: Merry WM