Saat Logika Dibuang, Diskusi Menjadi Sia-Sia Seperti: Menyalakan Lampu di Ruangan

- Jurnalis

Minggu, 15 Juni 2025 - 01:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah derasnya arus informasi dan opini yang berseliweran setiap hari, kemampuan untuk berdiskusi secara sehat menjadi kebutuhan yang semakin mendesak. Namun, yang sering terjadi justru sebaliknya: debat tanpa arah, saling serang tanpa dasar, dan argumen yang kehilangan pijakan logis.

Padahal, logika adalah prasyarat paling mendasar dalam sebuah diskusi yang sehat. Tanpa itu, percakapan berubah menjadi ladang pertarungan ego semata. Berdebat dengan orang yang menolak prinsip nalar ibarat mencoba menyalakan lampu di ruangan yang kabel listriknya sudah putus—bukan karena lampunya rusak, melainkan karena saluran dasarnya tidak berfungsi.

Logika bukan hanya perkara kecerdasan intelektual. Ia menuntut kerendahan hati untuk mendengar, menimbang, dan menerima kemungkinan bahwa kita bisa salah. Dalam banyak kasus, justru kesediaan mengakui kekeliruan menjadi tanda bahwa seseorang berpikir secara jernih. Namun, ketika yang terjadi adalah kebalikan—seseorang bersikukuh mempertahankan pandangan tanpa dasar, menolak bukti, bahkan memutarbalikkan fakta—diskusi pun kehilangan makna. Yang tersisa hanyalah monolog panjang yang melelahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fenomena ini makin sering kita jumpai, terutama di ruang-ruang digital. Media sosial, misalnya, sering kali berubah dari ruang dialog menjadi arena pembenaran diri. Banyak yang berdiskusi bukan untuk memahami, tetapi semata-mata untuk menang. Tak peduli betapa kuat dan terstrukturnya argumen yang disampaikan, semuanya akan mental jika lawan bicara menutup diri terhadap logika dan kebenaran.

Maka, penting bagi kita untuk tahu kapan harus berdiskusi, dan kapan harus berhenti. Ini bukan soal takut kalah atau menghindar. Tapi karena tidak semua orang datang untuk mencari pemahaman. Ada yang hadir hanya untuk membungkus ego dalam balutan debat, bahkan bila itu berarti harus meninggalkan logika dan kejujuran di tengah jalan.

Dalam situasi seperti ini, kita tak perlu memaksakan diri untuk tetap ikut dalam perdebatan yang tak sehat. Sebab, diskusi tanpa logika bukan pertukaran gagasan, melainkan pertunjukan ego—dan kita tidak wajib menjadi penontonnya.

Penulis: Redaksi Mata Aktual News Editorial: Merry WM | Artikel Cerpen

Follow WhatsApp Channel mataaktualnews.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pemprov DKI Hapus Sanksi Denda PKB dan BBNKB Sambut HUT Jakarta ke-498 dan HUT RI ke-80
Festival Budaya Karet Kuningan Meriahkan Setiabudi, Warga dan UMKM Bersinergi
KPKB Akan Kawal Temuan BPK di Banten, Siap Bawa ke Jalur Hukum
Pramono Anung Resmikan Transjabodetabek Blok M–Bogor, 16 Bus Siap Layani Warga Setiap 15 Menit
Wagub Rano Karno Hadiri Jakarta Kreatif Festival 2025, Dukung UMKM dan Pembayaran Digital
Rano Karno Resmikan Rute Baru Transjabodetabek Lebak Bulus–Sawangan, Tarif Parkir Ikut Disesuaikan
Yayasan Majlis Taklim Hidayatussholihin Gelar Pelatihan Pemulasaraan Jenazah Bersama Dompet Dhuafa
Pemprov DKI Jakarta Gelar Pencanangan Hari HUT ke-498 Kota Jakarta, “Jakarta Kota Global Berbudaya”
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 01:44 WIB

Saat Logika Dibuang, Diskusi Menjadi Sia-Sia Seperti: Menyalakan Lampu di Ruangan

Sabtu, 14 Juni 2025 - 23:12 WIB

Pemprov DKI Hapus Sanksi Denda PKB dan BBNKB Sambut HUT Jakarta ke-498 dan HUT RI ke-80

Sabtu, 14 Juni 2025 - 19:51 WIB

Festival Budaya Karet Kuningan Meriahkan Setiabudi, Warga dan UMKM Bersinergi

Sabtu, 7 Juni 2025 - 15:20 WIB

KPKB Akan Kawal Temuan BPK di Banten, Siap Bawa ke Jalur Hukum

Kamis, 5 Juni 2025 - 14:23 WIB

Pramono Anung Resmikan Transjabodetabek Blok M–Bogor, 16 Bus Siap Layani Warga Setiap 15 Menit

Berita Terbaru

Verified by MonsterInsights