Budayawan Kritisi Tradisi Samenan: Jangan Jadi Ajang Pamer, Tapi Ruang Edukasi

- Jurnalis

Minggu, 22 Juni 2025 - 13:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BOGOR, Mata Aktual News— Tradisi tahunan samenan atau perpisahan siswa di sekolah mulai menuai kritik dari kalangan pemerhati budaya. Salah satunya datang dari Dadang Raden seorang aktivis sekaligus budayawan asal Bogor, yang menilai bahwa samenan kini mulai kehilangan esensi pendidikannya dan justru berubah menjadi ajang seremonial mewah yang berpotensi membebani masyarakat.

“Samenan seharusnya menjadi momen sederhana namun bermakna. Bukan malah jadi ajang pamer kostum mahal dan dekorasi yang menyerupai pesta pernikahan,” ujar Dadang saat ditemui di sela kegiatan diskusi budaya, Sabtu (22/6/2025).

Dadang Raden menyoroti praktik samenan yang kerap memaksa orang tua untuk merogoh kocek dalam demi membiayai acara yang hanya berlangsung beberapa jam. Bahkan dalam beberapa kasus, iuran samenan mencapai lebih dari satu juta rupiah per siswa. Ia menilai hal ini kontraproduktif dengan nilai-nilai pendidikan inklusif dan gotong royong yang selama ini dijunjung dalam budaya Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih lanjut, Dadang mengusulkan agar samenan dikembalikan ke bentuk aslinya sebagai ruang edukasi dan apresiasi, bukan sekadar hiburan atau tontonan glamor.

“Kalau samenan diisi dengan pentas seni yang dibuat sendiri oleh siswa, pameran hasil karya, atau refleksi perjalanan belajar, itu jauh lebih membekas dan mendidik,” tegasnya.

Selain itu, Dadang juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dan guru dalam proses perencanaan, agar nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab benar-benar dirasakan oleh peserta didik. Menurutnya, samenan bisa menjadi sarana mendidik karakter, membangun kepercayaan diri, serta memperkuat identitas budaya lokal, jika dirancang dengan bijak.

Dadang juga berharap Dinas Pendidikan dan pihak sekolah bisa lebih tegas mengarahkan format samenan agar tidak menjadi beban sosial ekonomi, melainkan tetap menjadi bagian dari proses pendidikan yang berkarakter.

“Sekolah adalah tempat mendidik Bu Jangan sampai nilai-nilai budaya yang luhur malah dikalahkan oleh gengsi dan glamor sesaat,” pungkasnya.

Reporter: Jeffry | M Rojay
Editor: Merry WM

Follow WhatsApp Channel mataaktualnews.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Diklat PJLP Dishub DKI Diguyur Hujan, Wakadishub Tetap Tegap di Lapangan
LSM KPKB Akan Laporkan Dugaan Manipulasi Data PKBM di Kabupaten Lebak
LSM GEMPITA Bentuk PKBM Plus, Dorong Akses Pendidikan dan Peluang Kerja Bagi Generasi Muda
LSM KPKB Ancam Demo Dindik Lebak, Soroti Dugaan Bobroknya Dana PKBM dan Temuan BPK
MTsS Muhammadiyah Kampung Tangah Siap Sambut MATSAMA 2025-2026 dengan Semangat Baru!
SPMB SMAN 12 Kacau, Warga Teluknaga Tuntut Evaluasi dan Transparansi
Jakarta Institut Soroti Dugaan Pungutan Terselubung di Sekolah Negeri Lewat Komite dan Korlas
Pendaftaran Siswa Baru KPM RPM Titian Angkasa Dibuka, Biaya Seikhlasnya!
Berita ini 23 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 01:30 WIB

Diklat PJLP Dishub DKI Diguyur Hujan, Wakadishub Tetap Tegap di Lapangan

Senin, 21 Juli 2025 - 12:50 WIB

LSM KPKB Akan Laporkan Dugaan Manipulasi Data PKBM di Kabupaten Lebak

Minggu, 20 Juli 2025 - 00:19 WIB

LSM GEMPITA Bentuk PKBM Plus, Dorong Akses Pendidikan dan Peluang Kerja Bagi Generasi Muda

Jumat, 18 Juli 2025 - 17:33 WIB

LSM KPKB Ancam Demo Dindik Lebak, Soroti Dugaan Bobroknya Dana PKBM dan Temuan BPK

Senin, 14 Juli 2025 - 15:54 WIB

MTsS Muhammadiyah Kampung Tangah Siap Sambut MATSAMA 2025-2026 dengan Semangat Baru!

Berita Terbaru

Verified by MonsterInsights