
Bogor, Mata Aktual News– Rencana pembangunan Miniatur Desa Pakuan oleh Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) dalam peringatan Hari Jadi Bogor ke-543 menuai kritik tajam dari kalangan budayawan lokal.
Tokoh budaya Bogor, M. Agus Panjisusila dari Komunitas Antik Puncak, menilai proyek tersebut justru bisa menjauhkan masyarakat dari makna sejati Pakuan Pajajaran, yang merupakan simbol spiritual dan kebudayaan Sunda.
“Pakuan itu bukan benda mati yang bisa diminiaturkan. Ia adalah roh Bogor Raya, jati diri urang Sunda,” ujar Agus kepada Mata Aktual News, Senin (9/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikhawatirkan Jadi Gimmick Wisata:
Agus menyebut proyek Miniatur Pakuan berisiko menjadi “bungkus budaya” yang hanya mengedepankan estetika dan sisi komersial.
“Kita jangan ikut-ikutan budaya jadi panggung. Di Bali, budaya hidup di keseharian, bukan jadi tontonan. Bogor juga bisa seperti itu kalau ada kemauan politik,” tegasnya.
Menurutnya, jika pemerintah serius ingin menghidupkan warisan Sunda, seharusnya dimulai dari kebijakan yang menyentuh kehidupan warga, bukan sekadar pembangunan fisik.
Usulan Nyata: Dari Sekolah hingga Layanan Publik
Agus mengusulkan beberapa langkah konkret sebagai alternatif:
Pemakaian busana adat Sunda di sekolah setiap minggu
Integrasi nilai tata krama Sunda dalam kurikulum pendidikan
Pelayanan publik, hotel, dan restoran wajib mengedepankan nilai budaya lokal
Komunitas Antik Puncak sendiri dikenal aktif melestarikan kearifan lokal lewat kegiatan seni tutur, ritual adat, hingga festival budaya di kawasan Puncak.
“Kebijakan budaya itu bukan soal membangun bentuk. Ini soal membangkitkan kesadaran. Kalau serius ingin membangun kembali Pakuan, mari warisi semangatnya,” tutup Agus.
Reporter: Jeffry
Editor: Merry WM