Edisi: Cerpen Mata
Oleh: Redaksi
Bogor, Mata Aktual News— Suara riuh kendaraan di luar ruang redaksi tak membuat Jeffry bergeming. Ia tetap memelototi layar laptopnya, menelusuri data demi data untuk berita investigasi soal dugaan korupsi proyek pembangunan jembatan di kampungnya.
“Sudah lewat jam makan siang, Jef. Mau sampai kapan kau menulis begitu serius?” tegur Indah, rekan seprofesinya, sembari membawa dua bungkus nasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jeffry hanya melirik sekilas dan tersenyum tipis. “Sebentar lagi. Ini harus kelar sekarang,” jawabnya mantap.
Sejak awal menjadi jurnalis, Mata Aktual News.com Jeffry memegang teguh prinsip bahwa kebenaran adalah harga mati. Tak sekali dua kali ia diiming-imingi imbalan untuk “menghangatkan” berita agar lebih nyaman untuk dibaca, lebih menguntungkan pihak-pihak berkuasa. Namun ia selalu menolak. Bagi Jeffry, prinsip bukanlah keras kepala, melainkan ketegasan untuk tidak menjual kebenaran demi kenyamanan.
Pernah suatu kali seorang kontraktor proyek besar menemuinya langsung dan menawarkan uang agar berita soal dugaan mark up anggaran proyek jembatan itu ditarik. Jeffry hanya menjawab singkat, “Saya jurnalis, bukan penjual berita.” Kalimat itu membuat kontraktor itu terdiam, lalu pergi membawa amarahnya.
Hari itu, berita investigasi Jeffry terbit di portal Mata Aktual News. Dalam hitungan jam, berita itu dibaca ribuan orang dan menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Tak lama kemudian, aparat berwenang pun turun tangan, memeriksa ulang proyek dan memanggil pihak-pihak terkait.
Di sudut redaksi, Jeffry merebahkan punggungnya, menarik napas panjang, dan menatap layar laptopnya sekali lagi. Sebagai seorang jurnalis, ia tahu bahwa perjuangan untuk berkata benar pasti akan selalu diuji. Tetapi sekali lagi, ia mengingatkan dirinya sendiri:
“Prinsip bukan keras kepala, tapi ketegasan untuk tidak menjual kebenaran demi kenyamanan.”
Penulis: Amor | Editor: Merry WM