
BOGOR, Mata Aktual News.Com– Meskipun aktivitas kawah Gunung Gede masih terpantau normal atau berada di Level I (Normal), sejak 1 April 2025 gunung ini telah mengalami puluhan kali gempa vulkanik dalam (Volcanic A-type).
Informasi ini disampaikan oleh Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam keterangan tertulis berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunungapi Gede, Kementerian ESDM, Badan Geologi, dan PVMBG. Meski secara visual tidak teramati aktivitas vulkanik signifikan, namun data kegempaan mencatat adanya aktivitas yang patut diwaspadai.
Menanggapi hal ini, Ketua Divisi Kehutanan dan Lingkungan Hidup Pamong Budaya Bogor, Sabilillah, mendesak Pemerintah Kabupaten Bogor untuk segera melakukan simulasi kebencanaan serta menyiapkan jalur evakuasi sebagai langkah mitigasi bencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Humas TNGGP sudah memberikan sinyal adanya gelagat alam di Gunung Gede. Maka, sinyal ini harus ditindaklanjuti dengan upaya pencegahan seperti simulasi kebencanaan dan penyiapan jalur evakuasi. Tidak ada satu pun lembaga yang bisa memprediksi secara pasti kapan bencana akan terjadi, tapi pasti akan terjadi. Jangan sampai setelah bencana terjadi baru muncul pahlawan kesiangan membawa bantuan,” tegasnya, Jumat (4/4/2025).
Sabilillah mengingatkan bahwa Gunung Gede terakhir meletus pada tahun 1957 dengan kekuatan yang cukup besar. Hingga saat ini, belum ada kepastian kapan masa istirahat gunung tersebut akan berakhir karena tidak ada pola periodik pasti letusan Gunung Gede. Namun, fakta vulkanologis menunjukkan adanya pergeseran pada lapisan rongga-rongga di tubuh gunung tersebut.
“Kita harus waspada terhadap kemungkinan letusan. Simulasi kebencanaan dan jalur evakuasi menjadi kebutuhan mendesak, terlebih di sekitar Gunung Gede kini sudah banyak tempat wisata, permukiman, dan vila, terutama di kawasan Puncak dan Cipanas yang berada di perbatasan Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi,” ujar pria yang akrab disapa Ki Sabili itu.
Berdasarkan bentuk kawah dan topografi Gunung Gede, aliran lava dan lahar jika terjadi letusan diperkirakan akan mengarah ke wilayah Cianjur. Dalam laporan TNGGP, terpantau satu kali gempa jenis tornillo dengan amplitudo 2 mm dan durasi 19 detik, serta satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 49 mm, S-P 15 detik, dan durasi 150 detik.
Kondisi visual kawah sulit diamati akibat kabut yang bervariasi antara level 0-I hingga 0-III. Tercatat pula terjadi hujan ringan satu kali. Dari sisi meteorologis, cuaca di kawasan gunung setinggi 2.958 mdpl itu terpantau cerah, berawan, dan hujan dengan angin lemah bertiup ke arah tenggara. Suhu udara berkisar antara 19 hingga 28 derajat Celsius.
Meski status masih normal, TNGGP menegaskan bahwa masyarakat, pengunjung, dan wisatawan dilarang menuruni, mendekati, atau bermalam di Kawah Gunung Gede dalam radius 600 meter dari Kawah Wadon.
Sebagai langkah antisipatif, Balai Besar TNGGP telah menutup sementara seluruh kegiatan pendakian mulai Kamis (3/4/2025) hingga 7 April 2025, atau hingga ada informasi lebih lanjut berdasarkan hasil pemantauan dari Badan Geologi Kementerian ESDM. Penutupan ini dilakukan menyusul peningkatan aktivitas kegempaan yang berpotensi memicu letusan freatik maupun pelepasan gas berbahaya dari kawah.
Penulis: Zefferi
Editor: Merry WM