JAKARTA | Mata Aktual News — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan keprihatinannya terhadap praktik tata niaga minyak yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero). Ia menilai, pola bisnis yang melibatkan ekspor-impor minyak dari dan ke Indonesia berpotensi merugikan kepentingan nasional serta membingungkan secara logika ekonomi.
Dalam keterangannya, Purbaya menyoroti praktik di mana minyak mentah yang berasal dari wilayah Indonesia dikirim terlebih dahulu ke luar negeri, seperti Singapura, untuk kemudian dijual kembali ke pasar domestik dalam bentuk produk olahan dengan harga yang lebih tinggi.
“Secara ekonomi, ini sulit diterima. Kita memiliki sumber daya sendiri, tetapi justru membeli kembali dalam bentuk produk jadi dengan nilai tambah yang lebih mahal. Ini bukan praktik yang sehat bagi ekonomi nasional,” ujar Purbaya di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Purbaya menilai pola tersebut mencerminkan perlunya pembenahan tata kelola di sektor energi, khususnya dalam rantai pasok minyak dan gas bumi. Ia menegaskan, pemerintah harus memastikan agar setiap kebijakan dan kerja sama bisnis yang dilakukan BUMN energi tidak merugikan rakyat maupun negara.
“Kita perlu transparansi dan efisiensi dalam tata kelola migas. Jangan sampai keuntungan besar justru mengalir ke luar negeri sementara masyarakat menanggung harga tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, pihak Pertamina hingga berita ini diterbitkan belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Menkeu Purbaya tersebut.
Isu terkait tata kelola sektor energi, khususnya dalam pengelolaan ekspor-impor minyak, kerap menjadi sorotan publik. Pemerintah sebelumnya telah menegaskan komitmennya untuk memperkuat kemandirian energi nasional melalui peningkatan kapasitas kilang dalam negeri dan pengawasan rantai pasok.
Masyarakat kini menantikan langkah konkret dari pemerintah dan Pertamina untuk memastikan bahwa sumber daya alam Indonesia benar-benar dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.







