
Jakarta | Mata Aktual News — Polemik pemecatan pelatih tim nasional Indonesia, Shin Tae-yong (STY), oleh PSSI terus menjadi perbincangan publik. Sejumlah pihak menilai keputusan tersebut terlalu tergesa-gesa, sementara di sisi lain muncul kekhawatiran bahwa arah pengelolaan sepak bola nasional kembali diwarnai kepentingan politik dan bisnis.
Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, tim nasional Indonesia mencatat kemajuan signifikan. Berdasarkan data FIFA yang dikutip dari Antara (2024), peringkat Indonesia naik dari posisi 173 pada tahun 2020 menjadi posisi 134 dunia pada Juni 2024. Gaya permainan pun dinilai lebih terarah, dengan pressing intens dan peningkatan performa pemain muda seperti Marselino Ferdinan, Witan Sulaeman, hingga Justin Hubner.
Namun, keputusan pemutusan kerja sama dengan STY justru dilakukan saat tren performa tim tengah meningkat. Publik kemudian mempertanyakan alasan di balik keputusan tersebut, terlebih ketika Patrick Kluivert, legenda sepak bola asal Belanda, diumumkan sebagai pelatih baru timnas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut data Transfermarkt (2025), Kluivert memiliki pengalaman terbatas sebagai pelatih kepala, hanya menangani FC Twente U-21 dan Tim Nasional Curacao. Selebihnya, ia berperan sebagai asisten pelatih atau direktur teknik di sejumlah klub Eropa tanpa catatan prestasi menonjol.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan di kalangan pemerhati sepak bola nasional. “Dari sisi pengalaman, penunjukan Kluivert tampak lebih bernuansa politis daripada teknis,” ujar pengamat sepak bola lokal yang enggan disebutkan namanya, Sabtu (19/10/2025).
Kritik terhadap performa timnas mulai mencuat setelah laga uji coba melawan Arab Saudi. Dalam laporan Gulf Today (2025), permainan Indonesia disebut “kehilangan keseimbangan dan arah permainan yang jelas”. Beberapa pengamat menilai komposisi pemain dalam laga tersebut tidak konsisten dengan formasi yang biasa diterapkan Shin Tae-yong sebelumnya.
Selain soal teknis, sebagian kalangan juga menyoroti kepemimpinan Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir. Rangkap jabatan tersebut dianggap sebagian pengamat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dalam tata kelola olahraga nasional.
Menurut laporan CNN Indonesia (2024), sejumlah pihak menilai konsentrasi kekuasaan di satu figur dapat mengurangi prinsip transparansi dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan strategis di tubuh PSSI. Meski demikian, pihak pemerintah dan PSSI belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik tersebut.
Sementara itu, laporan Tempo (2024) juga mencatat adanya dinamika internal di lingkungan Kementerian BUMN terkait pencopotan dua pejabat PT ASDP yang sempat melaporkan dugaan korupsi. Kasus ini sempat menimbulkan perdebatan di publik mengenai standar integritas dan tata kelola lembaga di bawah Kementerian BUMN yang juga dipimpin Erick Thohir.
Pemerhati olahraga menilai, polemik di tubuh PSSI saat ini menunjukkan perlunya penguatan sistem tata kelola sepak bola yang transparan dan profesional. “Kita perlu memastikan bahwa keputusan besar di sepak bola nasional tidak diwarnai kepentingan politik atau bisnis apa pun. Sepak bola harus kembali pada esensinya: prestasi dan pembinaan,” ujar Agung Nugroho, seorang pemerhati sepak bola akar rumput.
Agung menambahkan, euforia sesaat atas kemenangan di turnamen regional seperti Piala AFF tidak boleh menutupi masalah struktural yang masih membelit sepak bola Indonesia. “Publik perlu terus kritis agar sepak bola kita tidak lagi dikendalikan oleh kepentingan di luar lapangan,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, PSSI belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait alasan pemberhentian Shin Tae-yong maupun penunjukan Patrick Kluivert. Mata Aktual News akan terus memantau perkembangan situasi ini.







