Bogor, Mata Aktual News — Kegiatan penanaman pohon di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, yang dihadiri langsung oleh Bupati Bogor, menuai apresiasi sekaligus kritik tajam dari sejumlah aktivis lingkungan dan antikorupsi.
M. Rojai, aktivis dari LSM Matahari, menilai kegiatan penghijauan semestinya tidak sekadar menjadi agenda seremonial atau ajang pencitraan pejabat daerah. Ia menegaskan bahwa upaya pelestarian alam harus berorientasi pada manfaat nyata bagi masyarakat luas.
“Melestarikan alam itu bagus, tapi harus dilihat dari sisi keadilan sosial. Jangan sampai pohon ditanam hanya untuk bidikan kamera, sementara rakyat di pelosok masih hidup dengan jalan berlubang dan kekurangan air bersih,” ujar Rojai, menyindir keras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, penghijauan tidak boleh dijadikan selubung bagi kepentingan komersial segelintir pihak. Ia mengingatkan agar kawasan Puncak tidak hanya tampak hijau secara fisik, namun tetap lestari dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Di media sosial, sejumlah warga juga melontarkan kritik terkait ketimpangan di lapangan. Beberapa di antaranya menyoroti jalan desa yang masih rusak, minimnya akses air bersih, serta nasib pedagang kecil yang kerap dirugikan saat penertiban kawasan wisata.

Ketua Umum Kumpulan Pemantau Korupsi Banten Bersatu (KPKB), Dede Mulyana, turut menyoroti transparansi anggaran dalam kegiatan tersebut.
“Penyerapan anggaran untuk kegiatan penghijauan harus tepat sasaran dan berpihak kepada masyarakat. Jangan sampai justru menjadi proyek komersialisasi yang menekan rakyat kecil,” tegas Kang Dede.
Ia juga mengingatkan agar program penghijauan tidak berubah menjadi peluang bisnis terselubung.
“Kalau nanti tiket wisata makin mahal setiap akhir pekan atau musim liburan, masyarakat kecil yang ingin menikmati alam justru akan terbebani,” tambahnya.
Para aktivis menegaskan, makna penghijauan sejati bukan sekadar menanam pohon, melainkan juga menumbuhkan keadilan dan keseimbangan antara manusia dan alam.
“Jangan hanya Puncak yang dihijaukan, tapi rakyatnya dikeringkan oleh ketidakadilan,” tutup Rojai dengan nada tajam.
Reporter: Jeffry
Editor: Anandra







