
Bogor – Mata Aktual News|| Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, kembali dilanda hujan deras pada Minggu (02/02/2025). Dalam hitungan jam, air meluap ke pemukiman warga di Desa Tugu Utara, terutama di Komplek Kampung Pensiunan, serta merendam wilayah Desa Batu Layang dan Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua.
Bencana ini kembali menjadi sorotan Aktivis Lingkungan LSM Matahari, Zefferi. Ia dengan tegas mengkritik kondisi hutan produksi yang semakin gundul serta penanaman tumbuhan yang tidak sesuai dengan spesifikasi konservasi.
Menurut Zefferi, banjir bandang yang menerjang perkampungan pensiunan di Gunung Mas bukan sekadar bencana alam, melainkan akibat langsung dari perusakan lingkungan. Ia menuding alih fungsi lahan perkebunan yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) sebagai penyebab utama, yang mengakibatkan seratusan rumah terendam dan jembatan putus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur) adalah kawasan konservasi air dan tanah. Fungsinya untuk menjamin ketersediaan air, melindungi kesuburan tanah, serta mencegah erosi dan banjir, baik di wilayah ini maupun di daerah hilir, termasuk DKI Jakarta. Namun, pembangunan tanpa kendali telah menghancurkan keseimbangan ekologis,” tegas Zefferi.
Ia juga menyoroti maraknya pembangunan megah yang merusak ekosistem, seperti di Riung Gunung, yang sebelumnya merupakan kawasan konservasi. “Bangunan-bangunan besar itu telah membabat beberapa hektare kebun teh yang berfungsi sebagai penyerap air dan penahan erosi. Pemerintah Kabupaten Bogor harus segera mengkaji dampaknya sebelum bencana semakin parah,” tambahnya.
Zefferi mendesak langkah konkret dari semua pihak, khususnya pemerintah dan masyarakat, untuk mengembalikan kondisi lingkungan ke titik nol—menghentikan eksploitasi hutan dan memulihkan alam seperti sediakala.
“Kalau tidak ingin bencana terus berulang, kembalikan alam ke titik nol!” pungkasnya.
Penulis: Jeffry
Editor: Merry